Selasa, 29 April 2008

PEMIMPIN DALAM GEREJA PERDANA

“Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu”, (Kis 6:3). Dalam perkembangannya Gereja para rasul atau biasanya disebut Gereja perdana membutuhkan awam untuk membantu para rasul dalam pelayanan umat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya pekerjaan yang harus ditangani oleh para rasul. Mereka kini tidak hanya mengajar dan melayani orang yang datang padanya, melainkan juga berusaha mengembangkan jumlah komunitasnya. Para petugas yang akan membantu para rasul dipilih oleh umat dan akan disahkan oleh para rasul.

Dalam Gereja perdana mulai ada pemisahan pelayanan. Ada bagian yang dilakukan oleh umat dan ada yang dilakukan oleh pengganti para rasul. Setiap pemilihan melibatkan umat namun dengan syarat yang berbeda. Syarat pemilihan Matias sebagai pengganti Yudas berbeda dengan syarat 7 diakon sebagai pembantu pelayanan. Namun semua melibatkan umat. Dengan demikian Gereja perdana sudah meletakkan dasar demokrasi dalam pemilihan pengurus dengan syarat yang ditetapkan oleh para rasul dan umat diminta untuk mimilih secara benar dan bertanggungjawab.

Para rasul memberikan syarat bagi diakon yang hendak dipilih yaitu orang yang itu harus terkenal baik, penuh Roh dan hikmat. Dengan demikian umat diminta untuk bertanggungjawab terhadap pilihannya. Mereka tidak dapat memilih orang asal memilih atau berdasarkan suka atau tidak suka pada seseorang. Mereka harus memberikan penilaian tentang orang ini. Hal ini agar tidak menjadi batu sandungan dikemudian hari. Paulus lebih merinci tentang syarat itu. “Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci.
Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. (1Tim 3:8-12). Syarat ini hampir sama dengan syarat untuk penilik jemaat (bdk 1 Tim 3:2-7).
Dalam pemilihan selain mengandalkan suara umat juga membutuhkan peran Roh. Sebetulnya Rohlah yang memilih melalui umat. Gereja memang mirip sebuah organisasi namun ada perbedaan yang mendasar. Organisasi lebih mementingkan keuntungan bagi diri sendiri dan tujuannya mengenai hal duniawi sedangkan Gereja bertujuan hal ilahi dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Yesus sejak awal sudah menekankan bahwa seorang pemimpin adalah hamba yaitu orang yang mau dengan suka cita melayani tuannya yaitu sesamanya. Memang para murid Yesus pun saling berebut ingin menjadi yang terbesar bahkan Yohanes dan Yakobus tanpa malu-malu menyatakan hal itu baik melalui dirinya sendiri maupun melalui ibunya. "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” (Mrk 10:35). Para murid yang lain mendengar itu mereka menjadi marah, sebab mereka juga ingin mendapatkan kedudukan yang tinggi.

Yesus mengingatkan bahwa kebesaran seseorang bukan karena kedudukan yang tinggi tapi keberanian dia untuk melayani. Kedudukan yang tinggi dalam Gereja sudah ditentukan oleh Allah bukan oleh keinginan manusia. Inilah yang membedakan antara kepemimpinan dalam Gereja dan dalam dunia. Jika dalam organisasi duniawi semakin tinggi kedudukan semakin besar kuasanya dan semakin besar kuasanya. Yesus menentang hal itu.

Gereja adalah kumpulan manusia yang mendunia, sehingga persoalan kepemimpinan juga masih tercampur aduk dengan pola pemikiran duniawi. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam tubuh Gereja banyak orang yang berambisi mengejar kedudukan baik secara terbuka seperti Yohanes bersaudara maupun secara tersembunyi, maka tidak jarang terjadi perebutan kekuasaan. Memang bila dilihat bahwa menjadi pelayan Gereja seseorang tidak akan mendapatkan upah materi, namun salah satu ciri jaman ini adalah pencitraan diri yang semakin kuat dimana orang mengejar citra diri. Orang membeli baju di butik agar dilihat sebagai orang yang hebat. Demikian pula menjadi jabatan adalah sarana untuk menaikkan citra diri.

Maka ada baiknya kita belajar dari Gereja perdana dimana orang dipilih dengan kuasa Roh yang bekerja melalui umat dan tujuan menjadi pemimpin adalah melayani umat.

0 komentar:

 
langkah peziarah - Template By Blogger Clicks