Kamis, 17 April 2008

PIALA DUNIA

Saat ini hampir separo penduduk dunia mengarahkan perhatiannya ke Jerman. Bukan disana Hitler bangkit kembali, tetapi ada pertandingan sepak bola piala dunia. Acara empat tahunan ini mampu menyedot perhatian manusia di dunia. Membawa banyak orang dari aneka negara terutama negara yang masuk dalam finalis ke Jerman. Banyaknya pendatang membuat ekonomi Jerman bergerak lebih baik lagi. Menurut sebuah harian di Jawa Timur, piala dunia sepak bola mampu membuat ekonomi negara yang ketempatan menjadi lebih baik. Korea dan Jepang ekonominya juga semakin bergerak ketika ada piala dunia.Sepak bola sudah bergeser dari sebuah olah raga menjadi sebuah ajang bisnis yang menganggumkan. Tidak ada cabang olah raga yang menyedot perhatian manusia sedemikian besar seperti sepak bola. Kecintaan manusia pada sepak bola membuat mereka setia untuk datang di stadion atau menonton di TV. Moment itu digunakan oleh para pebisnis untuk mendongkrak produksinya. Mulai dari bisnis jasa seperti hotel, angkutan, restoran dan sebagainya sampai produk-produk yang ditawarkan dalam iklan sepak bola, baik itu di stadion maupun dalam iklan di TV atau media lain.Beberapa tahun lalu Paus Yohanes Paulus II pernah prihatin ketika mengetahui bahwa Christian Vieri ditransfer 50 juta dollar dari AC Milan ke Inter Milan pada tahun 1999. Paus prihatin bagaimana uang sedemikian besar hanya digunakan untuk membayar pemain sepak bola, padahal di dunia masih banyak orang yang sangat membutuhkan uang. Padahal sekarang saja biaya transfer seorang pemain sudah jauh dari yang diterima oleh Vieri. Bila dollar pada tahun itu sekitar Rp 10.000 maka Vieri harga transfer Vieri sebesar Rp 50 Milyard. Sekarang pemain gelandang Argentina Rodriguez sudah ditawari Rp 308 Milyard oleh AC Milan. Hal itu belum lagi pemasukan dari sponsor dan sebagainya. Bila kita bisa matematika maka kita dapat menghitung sendiri berapa gajinya per hari atau bahkan perjamnya. Lebih gila lagi presiden Nigeria, Olesgum Abasanjo rela mengeluarkan dana dari kas negara sebesar 1 Milyard dollar atau Rp 9 Trilyun untuk membangun sebuah stadion. Padahal Nigeria adalah negara miskin yang masih diancam perang saudara dan pemberontakan.Dari sini kita dapat merenungkan betapa sepak bola sudah sedemikian mempengaruhi manusia. Bila dipikirkan dengan kepala jernih apakah dana-dana transfer seorang pemaian yang sedemikian besar sudah wajar bagi dunia saat ini? Dimana sebagian dunia masih diliputi kemiskinan, kelaparan, bencana dan sebagainya? Dalam olah raga bola basket yang paling menghebohkan yaitu NBA ada batasan tingginya transfer seorang pemain, tapi dalam sepak bola tidak ada batasan. Siapa yang mempunyai uang banyak dapat membeli pemain yang bagus.Iming-iming uang yang banyak membuat banyak orang bermimpi menjadi pemain sepak bola yang hebat. Sebab selain mendapat uang mereka juga mendapatkan popularitas dan fasilitas lain yang tidak dapat dimiliki oleh orang lain pada umumnya. Tampaknya sepak bola menjadi janji yang menggiurkan banyak orang.Bagaimana dengan di Indonesia? Sepak bola di negara ini memang masih sangat memprihatinkan. Prestasi di lapangan sangat minim tapi prestasi di luar lapangan memang sangat membuat heboh. Menonton sepak bola di sini mendapat tambahan atraksi yaitu perkelahian antar pemain, antar pemain dengan wasit, antar penonton, penonton dengan masyarakat dan sebagainya. Memang sepak bola di sini belum sehebat dan semengagumkan di negara Eropa atau beberapa Asia lainnya. Tidak ada transfer pemain yang sangat bombastis. Semua masih dalam taraf dapat dipahami. Tapi melihat transfer pemain di Eropa kita dapat bertanya-tanya. Sedemikian besarkah jurang antar negara kaya dan negara miskin? Apakah tidak ada solidaritas diantara kita?Padahal sepak bola Eropa atau negara maju berkembang juga didukung oleh masyarakat dari dunia ketiga atau negara tidak berkembang. Sebuah klub bisa kaya raya sebab setiap mereka bertanding akan diliput dan liputan itu dijual ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dalam setiap tayangan juga ada iklan yang membuat banyak masyarakat dunia ketiga membeli produk yang ditawarkan. Jadi mereka juga didukung oleh dunia ketiga. Tapi apakah adil bila mereka mendapatkan puluhan milyard sedangkan masih banyak orang yang kelaparan? Inilah yang perlu ditanyakan.

0 komentar:

 
langkah peziarah - Template By Blogger Clicks