Kamis, 17 April 2008

MENGAPA AKU MENDERITA

Seorang datang padaku di siang yang terik. Wajahnya kusut. Matanya cekung mungkin kurang tidur. Tubuhnya kurus. Gurat penderitaan terpampang jelas di wajahnya. Sorot matanya yang tidak memancarkan kehidupan penuh dengan air mata. Orang ini sangat menderita, pikirku dalam hati. Dia kupersilahkan duduk. baru saja duduk dia sudah mulai membuka cerita hidupnya. Sebuah rentetan kepedihan yang panjang. Setelah sekian lama mendengarkan aku menjadi heran bagaimana Tuhan bisa menciptakan situasi hidup yang demikian pedih? Dia pun bertanya apakah Tuhan belum puas menghukumnya dengan aneka penderitaan? Siang semakin terik ketika orang itu pamit pulang. Dalam kesendirian aku berusaha merenungkan segala kisah pedih dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh tamu tadi.Orang itu berulang kali bertanya mengapa Tuhan menghukumnya? Pertanyaan ini sering kali muncul bila orang masuk dalam penderitaan. Banyak orang senantiasa mengkaitkan penderitaan dengan hukuman Tuhan. Pemahaman ini membuat banyak orang kebingungan bila masuk dalam penderitaan. Apakah dirinya pantas mendapat hukuman Tuhan sedemikian rupa? Jika penderitaan tidak dikaitkan dengan dosa maka akan semakin membingungkan. Orang dapat bertanya apakah Tuhan memang suka menghukum orang tanpa alasan? Bila toh orang ini mempunyai dosa, yang kurasa tidak berat, mengapa hukuman itu sedemikian berat? Sebaliknya mengapa orang yang sudah jelas sangat merugikan masyarakat dapat hidup tenang dengan harta yang melimpah? Bila demikian dimana keadilan Tuhan?Dalam kitab Ayub dituliskan bahwa penyebab penderitaan adalah iblis atas persetujuan Tuhan (Ay 1:7-19; 2:1-7). Seolah iblis dan Tuhan sedang bertaruh mengenai iman Ayub. Tuhan yakin akan kesalehan Ayub sedang iblis melihat bahwa Ayub saleh sebab dia hidupnya penuh dengan kebahagiaan yang dianggap sebagai berkat dari Tuhan. Akhirnya Tuhan mengijinkan iblis untuk membuat Ayub menderita. Meski dirundung penderitaan yang bertubi-tubi Ayub tetap setia. Dia tidak terpengaruh hasutan istrinya untuk menghujat Tuhan (Ay 2:9-10). Ayub bergulat untuk memahami Tuhan yang memberinya penderitaan sebab dia yakin bahwa dirinya bukan orang berdosa. Bila merujuk pembukaan kitab Ayub apakah memang penderitaan adalah perbuatan iblis atas persetujuan Tuhan? Pada akhir kitab Ayub dijelaskan bahwa penderitaan adalah misteri Tuhan yang tidak mudah dipecahkan oleh manusia.Dalam Injil diceritakan suatu hari Yesus diberitahu bahwa Lazarus sedang sakit parah. Namun Yesus tidak cepat datang ke rumah Lazarus. Dia mengatakan "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (Yoh 11:4). Dengan demikian Yesus melihat penderitaan dari segi positifnya yaitu sebagai sarana untuk menyatakan kemuliaan Allah. Yesus pun melihat bahwa orang yang menderita belum tentu dia orang yang berdosa (Luk 13:2-4). Yesus mengingatkan bahwa kita pun dapat mengalami penderitaan yang saat ini sedang menimpa saudara kita. Maka bila kita tidak menderita jangan merasa lebih saleh daripada orang yang menderita. Dengan demikian penderitaan tidak terkait dengan kesalehan.Semua orang ingin hidupnya bahagia. Namun penderitaan dapat datang begitu saja tanpa pernah direncanakan. Seorang teman sedang bahagia sebab dia baru saja menerima gaji pertamanya. Dia sudah berjanji akan membelikan hadiah kecil buat orang tuanya sebagai ucapan syukur atas gaji pertama. Ketika dia berjalan menuju sebuah toko tiba-tiba ada sepeda motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Oleh karena pengemudi tidak mampu mengotrol sepada motornya maka menabrak teman yang sedang berbahagia. Dia meninggal setelah beberapa saat dirawat di rumah sakit. Penderitaan itu datang begitu cepat tanpa diduga.Yesus bersabda, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat 11:29). Yesus memberikan tawaran kepada orang yang sedang letih dan berbeban berat agar datang padaNya. Namun Dia tidak melepaskan beban itu, melainkan mengajak kita untuk belajar dariNya bagaimana menyikapi beban itu. Yesus mengajar agar kita rendah hati dan lemah lembut. Penderitaan akan semakin menyakitkan bila kita mengadakan pemberontakan melawan penderitaan itu. Pemberontakan itu dapat dengan cara mempertanyakan mengapa penderitaan itu datang padaku? Bukankah aku ini sudah berusaha mentaati perintah Tuhan? Masih banyak lagi pertanyaan yang muncul dalam hati. Bila kita rendah hati maka kita menerima saja penderitaan itu. Di Taman Getsemani Yesus pun berulat akan penderitaan yang akan dijalaniNya. Dia melihat bahwa penderitaan itu adalah kehendak Allah, maka Dia bertanya "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Mat 26:39). Penyerahan total kepada kehendak Allah inilah yang membuat Yesus berani menghadapi semua penderitaan.Sering kita ingin hidup seturut keinginan kita. Keinginan kita adalah kebahagiaan. Penderitaan bukan termasuk dalam daftar keinginan. Disinilah tantangan bagi diri kita. Sejauh mana kita mampu rendah hati menerima setiap penderitaan yang ada. Melihat penderitaan sebagai bagian dari kehendak Allah yang tidak mungkin kita tolak. Allah bukanlah Allah yang kejam dan sewenang-wenang. Dia senantiasa mempunyai maksud atas segala kehendakNya. Yesus menerima penderitaan akhirnya mengalami kebangkitan yang menjadi titik keselamatan manusia. Banyak orang Kristen dibunuh namun pembunuhan dan penindasan itu membuat Gereja berkembang sampai saat ini. Semua rencana Allah tersembunyi bagi kita. Apa yang pahit saat ini mungkin menghasilkan yang manis dikemudian hari.Penderitaan “diadakan” oleh Allah agar kasih Allah semakin nyata. Ketika Aceh terkena tsunami maka ada ribuan orang yang memberikan dananya bagi masyarakat Aceh. Ada banyak orang datang ke Aceh untuk membantu masyarakat disana. Sebelum terjadi tsunami bukan berarti Aceh mengalami kehidupan yang menyenangkan. Banyak sekali pertikaian dan pembunuhan yang terjadi disana akibat konflik yang ditimbulkan perbedaan politik. Banyak masyarakat Aceh yang menderita akibat konflik itu. Tetapi jarang sekali orang datang untuk membantu mereka atau menyumbangkan dana bagi mereka. Dengan demikian adanya bencana membuat orang mulai berbelas kasih pada sesamanya. Bila kita melihat ada orang yang menderita itulah saatnya kita menunjukkan belas kasih Allah kepada masyarakat. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Mat 5:16).Dengan demikian penderitaan bukanlah sesuatu yang menakutkan bagi manusia. Bila kita mengalami penderitaan kita hendaknya semakin berserah pada Tuhan dan melihatnya sebagai kehendak Tuhan. "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibr 12:5-6) Kita menanggapinya dengan lemah lembut dan rendah hati. Bila ada orang lain yang menderita ini adalah kesempatan bagi kita untuk menunjukkan kasih Allah sehingga semakin banyak orang memuliakan nama Allah.

0 komentar:

 
langkah peziarah - Template By Blogger Clicks